Pembangunan Global
Giddens
(1990) dalam Sztompka (2008) menyatakan bahwa modernisasi telah menimbulkan
suatu perubahan menuju globalisasi dalam arti berkembangnya hubungan sosial,
ekonomi, politik dan kultural ke seluruh dunia. Akibatnya mengurangi peran
negara sehingga terlalu kecil untuk dapat menanggulangi masalah besar kehidupan
dan terlalu besar untuk menanggulangi masalah besar kehidupan.
Globalisasi
diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal (Robertson 1992) dalam
Sztompka (2008). Masyarakat dunia saling tergantung di semua aspek kehidupan
baik politik, ekonomi dan kultural. Cakupan saling ketergantungan tersebut
secara nyata mengglobal seperti apa yang dikatakan oleh Chirot (1977), yaitu
“Tak ada satu negara pun di dunia yang mampu mencukupi kebutuhannya sendiri.”
Hubungan
saling ketergantungan antar berbagai bangsa di dunia tersebut ternyata telah
menimbulkan perubahan sosial yang luar biasa di masyarakat. Kemanusiaan tak
lagi sekadar kumpulan statistik atau sebuah kategori filosofi atau ideologis.
Kemanusiaan sudah berubah menjadi kesatuan sosiologis nyata, meliputi semua
orang yang hidup di dunia. Kini orang dapat berbicara mengenai struktur global
hubungan politik, ekonomi, dan kultural yang berkembang melampaui batas
tradisional dan mengingat satuan masyarakat yang sebelumnya terpisah ke dalam
satu sistem, yaitu sistem global. Kecenderungan ini baru saja terjadi seperti
apa yang dikatakan oleh Peter Worsley (1984), yaitu “Sebelum dekade 1980-an,
masyarakat global belum terwujud.”
Terwujudnya
masyarakat global seperti telah terjadi saat ini memungkinkan terjadinya
pembangunan global. Dalam pembangunan global ini, masyarakat dunia dituntut
untuk membuat kesepakatan-kesepakatan yang bersifat global. Untuk itu, maka
negara-negara di dunia membentuk berbagai kesepakatan sebagai sasaran bersama
dalam menjalankan pembangunan.
Menurut
Haryono Suyono, pembangunan
nasional di banyak negara sekarang ini perlu dirombak pendekatannya dengan
menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan. Seruan perombakan
pendekatan pembangunan itu muncul ketika para pemimpin dunia menyadari dan
bersama-sama mencanangkan komitmen untuk mengentaskan kemiskinan. Tidak kurang
dari 189 pemimpin dunia pada sidang PBB di New York pada tahun 2000 sepakat
untuk menerima prioritas pembangunan dalam lima belas tahun ke depan menganut
sasaran dan target Millennium
Development Goals
(MDGs).
Target ini menganut delapan sasaran utama yang perlu dipahami secara
luas.
Delapan
sasaran dan target MDGs sebagai kesepakatan masyarakat global dalam melaksanakan
pembangunan global tersebut secara detil adalah sebagai berikut:
•
Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang
ekstrim
•
Pemerataan pendidikan dasar
•
Mendukung adanya persaman jender dan
pemberdayaan perempuan
•
Mengurangi tingkat kematian anak
•
Meningkatkan kesehatan ibu
•
Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan
penyakit lainnya
•
Menjamin daya dukung lingkungan hidup
•
Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Selain
MDGs, sasaran dan target pembangunan global yang harus dipertimbangkan dalam
melaksanakan pembangunan adalah sasaran masyarakat informasi 2015 - 2019. Sasaran masyarakat
informasi
2015 - 2019 sebagai kesepakatan dalam pembangunan global
diantaranya adalah sebagai berikut:
• Hubungkan semua desa ke Internet dan membangun titik akses masyarakat
• Tercapainya pemanfaatan dan akses internet oleh 50 persen atau separuh penduduk dunia
• Hubungkan ilmiah dan institusi penelitian
• Seluruh lembaga pemerintahan terhubung dengan internet
• Semua rumah sakit terhubung dalam
jaringan.
POLA
KOMUNIKASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Model Komunikasi Pembangunan
Kebijakan publik seringkali
tidak dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat. Namun demikian,
implementasi dari kebijakan publik tersebut (pembangunan) seringkali
dikomunikasikan kepada masyarakat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan
pembangunan. Kegiatan mengkomunikasikan pembangunan oleh pemerintah ini disebut
sebagai komunikasi pembangunan. Komunikasi pembangunan pada saat ini telah
berkembang dengan berbagai model dengan berbagai pendekatan, diantaranya adalah
(1) pendekatan skala luas dengan penggunaan media massa . Model ini dibatasi
khusus oleh variabel ekonomi; (2)
Pendekatan yang mempromosikan komunikasi
akar rumput atau komunitas; dan (3) Model
baru yang menekankan pada dimensi
luas dari pembangunan yang memungkinkan mendefinisikan sebagai proses global.
Model
komunikasi pembangunan dapat dilihat dari tiga bentuk yang berbeda. Tiga model
komunikasi pembangunan tersebut adalah (1) development
communication yang dikemukakan oleh Lerner, Pye dan Schramm; (2) development support communication yang
dikemukakan oleh UNDP; dan (3) development
as discourse practice.
Pola
Komunikasi Kebijakan Publik dan Pembangunan
Memasuki era globalisasi, teknologi informasi dan komunikasi mengalami
perkembangan yang sangat luar biasa sehingga aliran data dan informasi dari
seluruh penjuru dunia menjadi sangat mudah aksesibilitasnya. Kemudahan tersebut
didorong oleh teknologi informasi dan komunikasi yang mampu menembus batas
ruang dan waktu. Kemajuan peradaban manusia di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad informasi ini telah memudahkan
manusia berkomunikasi antara satu dengan lainnya.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam
mendukung pembangunan nasional di Indonesia secara nyata dapat dilihat dari
pencapaian pembangunan sektor informasi dan komunikasi tahun 2004 – 2009,
yaitu:
• Penurunan
tarif seluler hingga 90% dari US$ 0,15/min tahun 2005 (termahal di Asia) menjadi US$ 0,015/min tahun 2008 (termurah di Asia)
• Fasilitasi pembangunan jaringan tulang punggung (backbone) telekomunikasi nasional serat optik Palapa Ring di
wilayah timur Indonesia
• Launching TV digital free to
air dan mobile di Jabodetabek
• Pembangunan pemancar RRI di 138
kab/kota dan pemancar TVRI di 25 lokasi blank spot
dan perbatasan
• Pembangunan dua ICT
Training Center
untuk mendukung peningkatan e-literasi
• Penyelesaian proyek percontohan e-government.
Pencapaian
pembangunan sektor informasi dan komunikasi tahun 2004 – 2009 seperti tersebut
di atas pada dasarnya mengindikasikan bahwa teknologi informasi merupakan suatu
media yang berpotensi tinggi untuk dimanfaatkan dalam mengkomunikasikan kebijakan
publik dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Dalam upaya
untuk mewujudkan
target
dan sasaran global (MDGs dan Masyarakat
Informasi), maka beberapa pola komunikasi yang dapat dilakukan diantaranya
adalah sebagai berikut:
- Pada tataran global melalui jaringan berbasis teknologi komunikasi dan informasi mengembangkan transaksi global.
- Pola komunikasi melalui TIK berubah dari masif satu dimensi menjadi masif multi dimensi (mass customize).
- Sasaran global sebagai cara pencapaiannya harus disesuaikan dengan kontek lokal.
- Pemanfaatan potensi global dengan menyelenggarakan kemitraan dan jaringan.
- Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam mendukung komunikasi kebijakan publik dan pembangunan nasional di Indonesia pada dasarnya tidak serta merta mudah untuk dilaksanakan. Hal ini terjadi karena Indonesia terlebih dahulu perlu menyiapkan segala kesiapan teknologi yang dibutuhkan. Dari sisi ketersediaan infrastruktur, Indonesia sebanding dengan negara ASEAN lainnya dalam penyediaan layanan seluler, namun jauh tertinggal dalam pengembangan infrastruktur masa depan, yaitu internet dan broadband. Dari sisi pemanfaatan, Indonesia jauh tertinggal yang disebabkan oleh terbatasnya akses, rendahnya tingkat e-literasi, serta belum efektifnya implementasi regulasi termasuk strategi pembiayaan (Tabel 3).
Tabel 3 Daya saing kesiapan teknologi Indonesiaa di
ASEAN, 2008 - 2009
Negara
|
Peringkat Kesiapan Teknologi 2008-2009
(Sumber: Global Competitiveness Report
2008-2009, World Economic Forum)
|
|||||||||
Daya Saing
|
Daya Saing Teknologi
|
Tekno-
logi Maju
|
Daya Serap Teknologi
|
Regulasi TIK
|
FDI dan Transfer Teknologi
|
Jasa Seluler
|
Pengguna Internet
|
Jumlah Komputer
|
Broad-band
|
|
Thailand
|
34
|
66
|
50
|
61
|
61
|
48
|
72
|
78
|
72
|
94
|
Indonesia
|
55
|
88
|
61
|
65
|
71
|
24
|
100
|
107
|
105
|
100
|
Vietnam
|
70
|
79
|
71
|
54
|
72
|
57
|
114
|
70
|
63
|
79
|
Philipina
|
71
|
70
|
52
|
49
|
60
|
50
|
84
|
101
|
70
|
96
|
Sri Lanka
|
77
|
82
|
54
|
45
|
59
|
47
|
102
|
117
|
94
|
98
|
Kamboja
|
109
|
123
|
109
|
106
|
122
|
94
|
120
|
130
|
128
|
108
|
KESIMPULAN
Kebijakan publik memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan pembangunan. Komunikasi kebijakan publik
dalam mendukung pembangunan nasional di Indonesia yang berkelanjutan dapat
diterapkan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam
mendukung pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam mengkomunikasikan
kebijakan publik dan pembangunan nasional, bangsa Indonesia perlu meningkatkan
daya saing teknologi secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Badruddin
S. 2009. Pengertian Pembangunan. http://profsyamsiah. wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/
[13 Oktober 2009].
Dwijowijoto
RN. 2003. Kebijakan
Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Nasution
Z. 2004.
Komunikasi Pembangunan: Pengenalan
Teori dan Penerapannya. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Suyono
H. Memaknai Indikator MDGs, Pengentasan Kemiskinan. http://www.haryono.com/article/article/memaknai-indikator-mdgs-pengentasan-kemiskinan.html
Sztompka
P. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial.
Cetakan ke-4. Jakarta: Prenada Media Group.
Wahab
SA. 2008. Pengantar
Analisis Kebijakan Publik. Malang:
UPT Penerbitan Universitas Muhammadyah Malang.
0 komentar:
Posting Komentar