Model Analisis Kebijakan
Publik
Thomas
R. Dye (1978) dalam Wahab (2008) membagi model analisis kebijakan publik dalam
enam buah model, yaitu: Model Kelembagaan, Model Kelompok, Model Elit, Model
Rasional, Model Inkremental dan Model Sistem.
Model Kelembagaan
Model kelembagaan pada dasarnya
merupakan sebuah model analisis yang dikembangkan oleh para pakar ilmu politik
yang memandang kebijakan publik sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga pemerintah. Struktur-struktur dan lembaga-lembaga pemerintahan
sejak lama memang menjadi pusat perhatian ilmu politik, bahkan ilmu politik
sering disebut sebagai suatu ilmu yang mempelajari lembaga-lembaga pemerintah
(government institusional).
Model Kelompok
Model kelompok pada dasarnya
berangkat dari suatu anggapan bahwa interaksi antar kelompok dalam masyarakat
itulah yang menjadi pusat perhatian politik.
Dalam hal ini individu-individu yang memiliki latar belakang kepentingan
yang sama biasanya akan bergabung baik secara formal maupun secara informal
untuk mendesakkan kepentingan-kepentingan mereka kepada pemerintah. Dengan
demikian dalam model ini kebijakan publik dipandang sebagai hasil keseimbangan
kelompok.
Model Elit
Model elit adalah sebuah model
analisis yang dikembangkan dengan mengacu pada teori elit. Teori elit pada
umumnya menentang keras terhadap pandangan yang mengatakan bahwa kekuasaan
dalam masyarakat itu terdistribusi secara merata. Dengan mengacu pada hasil
karya para teoritisi elit klasik, C. Wirght Mills (1956) dalam Wahab (2008)
mengungkapkan adanya suatu gejala konsentrasi kekuasaan politik di tangan
sekelompok kecil warga masyarakat. Dalam model elit ini, kebijakan publik
dipandang sebagai Preferensi Elit.
Model Rasional
Model pembuatan kebijakan publik
rasional barangkali akar-akar pemikirannya dapat dilacak pada karya Herbert
Simon yang berjudul Adminstration Behaviour. Sesuai dengan karya ini maka dalam
model rasional, kebijakan publik pada dasarnya dapat dianggap sebagai pencapain
tujuan secara efisien.
Model Inkremental
Model inkremental pada
hakikatnya memandang kebijakan publik sebagai kelanjutan dari kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan oleh pemerintah di masa lampau dengan hanya melakukan
perubahan-perubahan seperlunya. Model ini pertama kali dikembangkan oleh
Charles E. Lindblom sebagai kritik terhadap model rasional komprehensif dalam
pembuatan kebijakan publik. Dengan demikian dalam model ini kebijakan publik
dapat dipandang sebagai perubahan kecil-kecilan dari kebijakan-kebijakan
sebelumnya.
Model Sistem
Model sistem pada awalnya adalah
sebuah model yang dikembangkan oleh para ahli biologi. Model ini kemudian
diterapkan pada studi politik atau studi kebijakan publik oleh ilmuwan politik
Amerika David Easton. Easton berpendapat bahwa kegiatan politik itu dapat
dianalisis dari sudut pandang sistem, terdiri dari jumlah proses-proses yang
harus tetap dalam keadaan seimbang kalau kegiatan politik itu ingin tetap
terjaga kelestariannya. Dalam model ini, kebijakan publik dipandang sebagai
output dari sistem.
MODEL
PEMBANGUNAN
Perkembangan Makna dan Model
Pembangunan
Seiring
dengan perkembangan jaman, makna pembangunan telah mengalami berbagai
pergeseran. Menurut
Kuncoro (2004) dalam Badruddin (2009), pada akhir dasawarsa 1960-an, banyak
negara berkembang mulai menyadari bahwa “pertumbuhan ekonomi” (economic growth)
tidak identik dengan “pembangunan ekonomi” (economic development). Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara maju pada tahap awal
pembangunan mereka, memang dapat dicapai namun dibarengi dengan masalah-masalah
seperti pengangguran, kemiskinan di pedesaan, distribusi pendapatan yang
timpang, dan ketidakseimbangan struktural (Sjahrir 1986). Ini pula agaknya
yang memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang
diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi proses pembangunan
(Esmara 1986,
Meier 1989 dalam Kuncoro 2004). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan
produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih
luas dari sekedar peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan di banyak negara, setidaknya pada tahap awal pembangunan umumnya
berfokus pada peningkatan produksi. Meskipun banyak varian pemikiran, pada
dasarnya kata kunci dalam pembangunan adalah pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi pembangunan yang dianggap paling sesuai adalah
akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing dan melakukan
industrialisasi. Peranan
sumber daya manusia (SDM) dalam strategi semacam ini hanyalah sebagai
“instrumen” atau salah satu “faktor produksi” saja. Manusia ditempatkan sebagai posisi instrumen dan
bukan merupakan subyek dari pembangunan. Titik berat pada nilai produksi dan
produktivitas telah mereduksi manusia sebagai penghambat maksimisasi kepuasan
maupun maksimisasi keuntungan (Badruddin 2009).
Berdasarkan
berbagai pemikiran atau makna pembangunan yang dikemukakan oleh berbagai pakar,
makna pembangunan pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat model
pembangunan yang dominan berdasarkan masing-masing paradigma yang mendasarinya.
Empat model pembangunan tersebut secara riil memfokuskan atau memandang
pembangunan dengan mengacu pada kriteria tertentu yaitu pertumbuhan ekonomi,
teknologi padat modal, perencanaan terpusat dan penyebab keterbelakangan (Tabel
2).
Tabel 2 Model pembangunan
Model Dominan
|
Paradigma Alternatif
|
Pertumbuhan
ekonomi
|
keseimbangan atau kesetaraan distribusi dan kualitas
hidup
|
Teknologi
padat modal
|
menekankan pada teknogi yang padat karya.
proses pembangunan menekankan pada integrasi cara tradisional dan modern
|
Perencanaan
terpusat
|
perencanaan lebih mengadalkan pada
pengembanagan diri melalui proses desentralisasi dan partisipasi masyarakat
|
Penyebab
keterbelakangan berasal dari faktor dalam
|
faktor dari internal tetapi juga fakor
ekternal
|
Sumber: Schramm (1976)
DAFTAR PUSTAKA
Badruddin S. 2009. Pengertian Pembangunan. http://profsyamsiah. wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/ [13 Oktober 2009].
Dwijowijoto RN. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Nasution Z. 2004. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suyono H. Memaknai Indikator MDGs, Pengentasan Kemiskinan. http://www.haryono.com/article/article/memaknai-indikator-mdgs-pengentasan-kemiskinan.html
Sztompka P. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Cetakan ke-4. Jakarta: Prenada Media Group.
Wahab SA. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadyah Malang.
0 komentar:
Posting Komentar