Hubungan
antara ilmu, teknologi, etika, kebudayaan dan krisis kemanusiaan
PENDAHULUAN
Filsafat berasal
dari bahasaYunani, philosophia atau philosophos. Philos
atau philein berarti teman atau cinta, dan shopia
shopos kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah.atau berarti. Filsafat berarti
juga mater scientiarum yang artinya induk dari segala ilmupengetahuan.
Filsafat dan Ilmu adalah duakata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun
historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,
sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Ilmu atau Sains merupakan
komponenter besar yang diajarkan dalam semua strata pendidikan. Walaupun telah bertahun-tahun
mempelajari ilmu, pengetahuan ilmiah tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu dianggap sebagai hafalansaja, bukan sebagai pengetahuan yang mendeskripsikan,
menjelaskan,memprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan dan kenyamananhidup.
Kini ilmu telah tercerabut dari nilai luhur ilmu, yaitu untuk menyejahterakan umat
manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu dan teknologi menjadi dibencana bagi
kehidupan manusia, seperti pemanasan global dan dehumanisasi. Ilmu dan teknologi
telah kehilangan rohnya yang fundamental, karena ilmu telah mengurangi bahkan menghilangkan
peran manusia, dan bahkan tanpa disadari manusia telah menjadi budakilmu dan teknologi.
Oleh karena itu, filsafat ilmu mencoba mengembalikan roh dan nilai luhur dari ilmu,
agar ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu akan mempertegas
bahwa ilmu dan teknologi adalah instrument dalam mencapai kesejahteraan bukan tujuan.
Ilmu filsafat itu
sangat luas lapangan pembahasannya. Tujuannya ialah mencari hakihat kebenaran
dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku
(etika), maupun dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Etika baru
menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai
tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu
masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu
penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat
moral. Manusia mempunyai
seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah, baik dan
buruk. Namun penilaian ini hanya bisa dilakukan oleh orang lain yang melihat
kita. Orang lain yang mampu memberikan penilaian secara objektif dan tuntas,
dan pihak lain yang melakukan penilaian sekaligus memberikan arti adalah
pengetahuan yang disebut filsafat. Filsafat berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari kita
Kebudayaan adalah aktivitas khas manusia yang berkembang
seiring kemajuan daya pikir suatu masyarakat. Meski tidak tepat untuk
menggolongkan budaya manusia dengan klasifikasi budaya primitif dan budaya
maju, namun proses perkembangan kebudayaan terus berjalan seiring dinamisasi
kehidupan manusia. Filsafat kebudayaan menjadi penting, karena memberikan
penunjuk arah kemana manusia seharus berkembang dengan menyelidiki
sedalam-dalamnya siapa manusia itu, kemana jalannya dan kemana tujuan akhir
hidupnya. Interaksi antar bangsa-bangsa di dunia berkorelasi dengan proses
saling mempengaruhi di bidang kebudayaan. Pada makalah kali ini, kami akan
membahas lebih lanjut tentang hubungan antara ilmu, teknologi, etika,
kebudayaan, dan krisis kemanusiaan.
- Definisi Ilmu,
Teknologi, Etika, Kebudayaan, dan Krisis Kemanusiaan
1) Ilmu
Pengertian kata “ilmu”
secara bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu dibidang itu (Bakhtiar, 2007).
Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah:
- Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.
- Koherensi sistematik ilmu.
- Tidak memerlukan kepastian lengkap.
- Bersifat objektif.
- Adanya metodologi.
- Ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya.
2) Teknologi
Pada umumnya orang selalu memahami bahwa teknologi
itu bersifat fisik, yakni yang dapat dilihat secara inderawi. Teknologi dalam
arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat
yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan realisasi hidupnya di dalam
dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya
seni (Yunani: techne) manusia selaku homo technicus. Dari
sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari
tentang “techne” manusia.
Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan
satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari
sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo
technicus atau
homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur
dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai
suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia,
tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “daya
pencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya
kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.
Awalnya
teknologi dapat dipahami sebagai hasil buatan manusia, tetapi kini teknologi juga harus dipahami sebagai
sesuatu yang dapat menghasilkan suatu kemanusiaan tertentu. Teknologi bukan
lagi sebagai “barang”, tetapi telah menjadi semacam “ke-barang-an” yang mampu melahirkan sejumlah cara
hidup, pola hidup, dan karakter hidup dari manusia, yang dulu menciptakannya.
Demikianlah teknologi tidak hadir lagi secara fisik-inderawi dalam barang atau
benda atau alat, melainkan telah hadir dalam bentuk sebagai suatu “roh” zaman, sistem sosial dan struktur
masyarakat manusia dalam suatu komunitas. Meminjam istilah Mangunwijaya, maka
teknologi telah menjadi “tuan” yang memperbudak, “raja’ yang
otonom dan totaliter, bahkan “dewa” yang menuntut pengorbanan dari
manusia.
Dalam pemahaman seperti itu, maka teknologi jangan
dianggap sebagai suatu pokok yang enteng atau gampangan, melainkan ia
harus dipandang sebagai suatu pokok yang serius dan bahkan harus
mengundang suatu kreativitas pengkajian yang lebih cermat, dalam dan kritis,
baik secara filosofis maupun teologis. Dalam arti bahwa teknologi juga adalah
persoalannya manusia dan dunia ini.
(http://forumteologi.com/blog/2007/04/30/sefnat/)
Dengan orientasi pemahaman seperti itu, kita juga
dapat mengerti bahwa teknologi sebenarnya bukanlah suatu pokok atau tema yang parsial
sifatnya, melainkan adalah sesuatu yang total dan menyeluruh. Dapat dikatakan
bahwa teknologi sesungguhnya adalah tema atau pokok yang universal dan
global. Pemahaman atau pemaknaan terhadapnya tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan pendekatan-pendekatan lokal tradisional sebagai yang adi-luhung, suci dan bersih, lalu memandang teknologi sebagai sesuatu yang dari luar (keBarat-Baratan), kotor dan jahat, melainkan memerlukan suatu pendekatan yang melibatkan seluruh bangsa dan masyarakat untuk berbicara bersama. Pendekatan seperti ini adalah begitu penting, mengingat bahwa teknologi selain mempunyai manfaatnya bagi manusia, ia juga punya dampak-dampak yang merugikan keberadaan manusia. Dan baik manfaat dan maupun kerugian itu, juga bukan hanya menjadi bagiannya masyarakat kemana teknologi itu dimanfaatkan, tetapi juga dialami oleh masyarakat dimana teknologi itu dimulai (dihasilkan atau di’cipta’kan ). Jadi sesungguhnya, teknologi itu
adalah tema-nya dan pokok-nya masyarakat global (Mangunwijaya, 1999).
sifatnya, melainkan adalah sesuatu yang total dan menyeluruh. Dapat dikatakan
bahwa teknologi sesungguhnya adalah tema atau pokok yang universal dan
global. Pemahaman atau pemaknaan terhadapnya tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan pendekatan-pendekatan lokal tradisional sebagai yang adi-luhung, suci dan bersih, lalu memandang teknologi sebagai sesuatu yang dari luar (keBarat-Baratan), kotor dan jahat, melainkan memerlukan suatu pendekatan yang melibatkan seluruh bangsa dan masyarakat untuk berbicara bersama. Pendekatan seperti ini adalah begitu penting, mengingat bahwa teknologi selain mempunyai manfaatnya bagi manusia, ia juga punya dampak-dampak yang merugikan keberadaan manusia. Dan baik manfaat dan maupun kerugian itu, juga bukan hanya menjadi bagiannya masyarakat kemana teknologi itu dimanfaatkan, tetapi juga dialami oleh masyarakat dimana teknologi itu dimulai (dihasilkan atau di’cipta’
Beberapa
pengertian teknologi telah diberikan atara lain oleh David L. Goetch yaitu “people tools, resources, to solve problems
or to extend their capabilities“. Sehingga teknologi dapat dipahami sebagai
"upaya" untuk mendapatkan suatu "produk" yang dilakukan oleh
manusta dengan memanfaatkan peralatan (tools),
proses, dan sumberdaya (resources).
Pengertian
yang lain diberikan oleh Arnold Pacey yang berbunyi "The application os scientific and other knowledge to practical task by
ordered systems, that involve people and organizations,
living things and machines". Dari definisi ini nampak, bahwa teknologi
tetap terkait pada pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaannya, karena
itulah teknologi tidak bebas organisasi, tidak bebas budaya dan sosial, ekonomi
dan politik.
Definisi
teknologi yang lain diberikan oleh Rias Van Wyk adalah "Technology
is a "set of means" created by people to facilitate human endeavor".
Dari definisi tersebut, ada beberapa esensi yang terkandung yaitu:
- Teknologi terkait dengan ide atau pikiran yang tidak akan pernah berakhir, keberadaan teknotogi bersama dengan keberadaan budaya umat manusia.
- Teknologi merupakan kreasi dari manusia, sehingga tidak alami dan bersifat artifisial
- Teknologi merupakan himpunan dari pikiran (set of means), sehingga teknologi dapat dibatasi atau bersifat universal, tergantung dari sudut pandang analisis
- Teknologi bertujuan untuk memfasilitasi ikhtiar manusia (human endeavor). Sehingga teknologi harus mampu meningkatkan performa (kinerja) kemampuan manusia.
Dari
definisi di atas, ada 3 entitas yang terkandung dalam teknologi yaitu: ketrampilan
(skill), logika berpikir (Algorithnia),
dan perangkat keras (hardware). Dalam
pandangan Management of Technology,
Teknologi dapat digambarkan dalam beragam cara yaitu sebagai berikut:
- Teknologi sebagai makna untuk memenuhi suatu maksud di dalamnya terkandung apa saja yang dibutuhkan untuk mengubah (mengkonversikan) sumberdaya (resources) ke suatu produk atau jasa.
- Teknologi tidak ubahriya sebagai pengetahuan, sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan (objective).
- Technologi adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa (engineering) yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk dan atau proses atau pada penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru.
3) Etika
Kata “etika” berasal dari
bahasa Yunani yaitu Ethos yang
berarti kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bahasa
Latin, etika disebut dengan moral (Mos/Mores) yang memiliki pengertian adat
kebiasaan atau kesusilaam.
4) Kebudayaan
Kata "kebudayaan"
berasal dari kata Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari
buddhi yang berarti "budi" atau "akal". Dengan
demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada pendapat lain yang
mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budidaya, yang
berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari kebudayaan.
Dengan demikian budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa
itu. (Kontjoroningrat, 1986). Adapun
istilah dari bahasa Latin yaitu colere, yang berarti "mengolah,
mengerjakan", terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini
berkembang istilah culture (bahasa Inggris), sebagai segala daya dan
usaha manusia untuk mengubah alam.
Defini kebudayaan ialah
cara berpikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang
dan waktu. Cara berpikir dan cara merasa itu menyatakan diri dalam cara berlaku
dan cara berbuat. Dengan demikian definisi itu dapat dipersingkat sebagai
berikut: cara berlaku atau berbuat dalam kehidupan, atau dapat disingkat lagi
menjadi “cara hidup” (Inggris: way of life). Jadi kebudayaan meliputi
seluruh kehidupan manusia. Segi kehidupan yang dimaksud identik dengan apa yang
diistilahkan oleh antropologi dengan cultural universal atau pola
kebudayaan sejagat, yaitu segi-segi kebudayaan yang universal ditemukan dalam
tiap kebudayaan. Antara masyarakat dan kebudayaan terjalin hubungan dan
pengaruh yang sangat dekat. Masyarakat adalah wadah kebudayaan dan kebudayaan
membentuk masyarakat. Masyarakat ialah kelompok besar manusia, dimana hidup
terkandung kebudayaan yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaan
mereka. Ruang dan waktu menentukan kebudayaan. Berbeda ruang, dan waktu berbeda
pula kebudayaannya.
5) Krisis
kemanusiaan
Krisis adalah suatu keadaan dimana
terjadinya peralihan dari keadaan lama menuju keadaan baru yang belum pasti.
Misalnya, metode lama telah ditinggalkan, tetapi metode baru belum sepenuhnya
dapat digunakan, sehingga yang terjadi adalah kebingungan, karena belum adanya
metodologi baru yang memadai.
Krisis kemanusiaan merupakan suatu peristiwa atau
runtutan peristiwa ancaman kritis terhadap kesehatan, keamanan, dan keberadaan
atau eksistensi suatu komunitas atau suatu kelompok besar dalam suatu wilayah
luas.
>>>>>>>>>>>>>>>SELANJUTNYA KLIK DI BAWAH<<<<<<<<<<<<
0 komentar:
Posting Komentar