SEJARAH PERKEMBANGAN
APLIKASI STATISTIKA
Pada abad 20 statistika
berkembang menjadi ilmu yang matang. Selain di bidang pertanian, statistika
berkembang pada bidang psikologi, ekonomi, sosiologi, industri, dan lain-lain.
Perkembangan statistika di bidang pertanian cukup banyak terutama dalam
penggunaan rancangan percobaan yang memang sudah diawali pada masa Fisher.
Perkembangan statistika di
bidang ekonomi yang dikenal dengan istilah ekonometrika dimulai tahun 1920
dipelopori Ragnar Frisch dan Jan Tinbergen. Ekonometrika adalah cabang dari
ilmu ekonomi yang merupakan integrasi antara ekonomi, matematika dan
statistika. Walaupun demikian powerful
perkembangan ekonometrika kurang mendapat sambutan hangat dari ekonom-ekonom
besar yang kurang “sreg” dengan pemodelan termasuk John Maynard Keynes. Keynes memandang skeptis terhadap buku
Tinbergen yang berjudul Statistical Testing for Business Cycle Theory. Baru di akhir tahun 1940 dan awal 1950
ekonometrika mulai berkembang lagi yang dipelopori oleh Chernoff, Haavelmo,
Koopmans, Rubin dan Simon yang bekerja pada Cowles Commision for Research in
Economics.
Peran statistika cukup
besar dalam ekonometrika terutama dalam hal metode estimasi parameter model
ekonometrika yang pada umumnya terdiri dari beberapa persamaan yang saling
terkait (sistem persamaan simultan dan seemingly unrelated regression). Untuk mengestimasi parameter sistem persamaan
simultan Hendri Theil tahun 1956 menemukan suatu metode 2SLS (two stage
least squares). Kemudian pada tahun
1962 Zellner menemukan suatu metode SUR (Seemingly Unrelated Regression)
untuk mengestimasi parameter model sistem persamaan regresi. Selanjutnya Theil bersama Zellner menemukan
metode 3SLS (three stage least squares) untuk mengestimasi sistem persamaan
simultan yang pada prinsipnya merupakan integrasi antara metode 2SLS dengan
metode SUR.
Model ekonometrika pada
umumnya dibangun berdasarkan data yang bersifat time series, sehingga
memunculkan model distribusi lag maupun autoregressive yang dikembangkan
oleh Nerlove pada tahun 1972. Pada
umumnya model-model tersebut terjadi pelanggaran asumsi klasik (autocorrelation, heteroscedasticity),
sehingga belakangan muncul suatu model yang dikenal dengan ARCH (autoregressive
and conditional heteroscedasticity).
Di bidang peternakan,
industri peternakan di USA berterimakasih kepada K. Pearson karena melalui
Teori Normal, kemajuan genetic (genetic
progress) pada produksi susu
meningkat 40 % pada tahun 1950-an. Untuk
analisis genetika kuantitatif umumnya dipergunakan statistika tingkat tinggi
seperti Bayesian Statistics.
Di
bidang industri peran statistika yang menonjol adalah dalam bidang pengendalian
kualitas dan penerapan rancangan percobaan factorial sebagian (fractional
factorial) yang berusaha meminimumkan jumlah percobaan yang relatif mahal.
Hal ini dapat kita kenal seperti pada metode Taguchi yang ditemukan oleh
Dr. Geinichi Taguchi dari Jepang sekitar tahun 1980 yang disebut juga off
line quality control. Walter Shewhart (1891-1967) seorang fisikawan
Amerika, yang bekerja sebagai engineer dan konsultan tahun 1924
menunjukkan ide pengendalian kualitas secara statistik (statistical quality
control) melalui penggunaan control chart atau run-chart. Pendekatan
ini dapat memberikan tanda jika proses produksi menyimpang dari target, yang
disebut juga on line quality control. Pada tahun 1930 William Edward
Deming (1900-1993), yang berguru pada Shewhart untuk masalah manajemen tertarik
terhadap aplikasi statistika untuk merencanakan pengendalian kualitas dan
metode perbaikan proses untuk industri.
Ide-idenya disarikan dalam 14 point untuk managemen (yang dikenal
sebagai 14 Prinsip Deming), misalnya salah satu point menyatakan “jangan
memilih supplier karena harga, tetapi pertimbangkan kualitas dan pilih supplier
yang menggunakan quality control”.
Untuk memperbaiki proses Deming memperkenalkan langkah-langkah tersistem
yang dikenal dengan nama PDCA (Plan, Do, Chek, and Action). Karena metode dan idenya ini, pada tahun 1950
para pimpinan bisnis dan industri yang tergabung ke dalam JUSE (Japan Union of Scientist and Engineering)
di Jepang mengundang Deming untuk mengajarkan metode baru tersebut. Penggunaan metode Deming secara luas di
Jepang berpengaruh terhadap pemulihan industri dan ekonomi Jepang yang hancur
setelah perang dunia II, yang akhirnya terjadi economic booming bagi
Jepang pada abad ke 20. Meskipun ide-ide
Deming sukses di Jepang, namun secara luas diabaikan di Amerika. Metode Deming baru diterapkan pada awal 1980
ketika perusahaan-perusahaan di Amerika merasa perlu meningkatkan efektifitas
agar dapat bersaing dengan pasar asing. Dengan berkembangnya penggunaan
statistika di bidang industri yang menunjukkan manfaatnya, maka timbul ilmu
baru yang merupakan gabungan statistika dan managemen yang dikenal dengan
metode SIX SIGMA yang mengusahakan produk dengan konsep zero defect. Metode ini banyak diterapkan di industri
industri besar seperti Motorola (awal pemakai Six Sigma), General
Electric Company (GE), Kodak, dan lain lain.
TREND PERKEMBANGAN STATISTIKA
DI ABAD 21
Karl Pearson, Fisher, Neyman dan Wald selama
setengah abad telah meletakkan dasar statistika yang berbasis matematika,
sehingga penelitian-penelitian dan kuliah-kuliah statistika di Perguruan Tinggi
umumnya didasarkan pada beberapa pedoman atau dasar yang ditemukan oleh
tokoh-tokoh tersebut. Penggunaan statistika secara luas, terkadang timbul
kontroversi diantara para ahli tentang pemilihan model data, penggunaan prior
probability dan interpertasi hasil. Hasil analisis terhadap data yang sama
dengan lain konsultan statistika dimungkinkan terjadi perbedaan kesimpulan.
Statistika induktif dapat dipakai untuk menangani masalah dimana perolehan data
dirasakan perlu efesiensi atau perlu biaya mahal, sehingga umumnya dapat
diatasi dengan analisis dengan sampel-sampel ukuran kecil.
Di era millenium dengan dominasi teknologi
informasi, data base yang besar, interaksi dengan komputer dan informasi yang
kompleks, maka menurut C.R. Rao dalam tulisannya 14 Nopember 2001 (berjudul Has
Statistics a Future ? If So in What Form ? ) statistika yang
berdasarkan pada model-model probabilistik tidak mencukupi, sehingga
metode-metode yang akan muncul diarahkan untuk menjawab tantangan zaman yang
diberi nama data mining. Istilah data mining (penambangan data)
ini menurut Nasoetion (2002) awalnya berasal dari para ahli ilmu komputer yang
dalam sehari-harinya bekerja dalam dunia kecerdasan buatan. Untuk pekerjaan ini
mereka membangkitkan dan mengumpulkan data dalam ukuran sangat besar dan
mencoba menemukan pola-pola keteraturan data yang dapat diterangkan. Pada tahun
1990-an metode data driven yang tidak terlalu ketat dengan asumsi
sebaran mulai digunakan untuk analisis berbagai data, terutama untuk eksplorasi
data atau “data mining”. Berhubung data mining ini sangat computer
intensive, maka diusulkan diberi nama Statistical Methods Mining
oleh beberapa statistikawan USA. Menurut David M. Rpcke dari University of
California metode data mining mempunyai dua prinsip dasar yaitu data
cleaning dan data segmentation. Data cleaning untuk mendeteksi data
pencilan sedangkan data segmentation untuk pengelompokan data, sehingga
akan diketahui pola dari data.
Pada abad 21 diperkirakan metode data mining merupakan metode
yang akan banyak digunakan dalam berbagai bidang terapan. Pada metode data
mining spesifikasi permasalahan didasarkan pada bidang ilmunya lebih
diutamakan daripada pendugaan parameter sehingga masalah tersebut dapat
diformulasikan dengan benar untuk memperoleh solusi yang tepat melalui
eksplorasi data. Hal ini berbeda dengan periode Fisher yang lebih mementingkan
mencari metode pendugaan dan pendekatan sebaran yang tepat, sehingga
spesifikasi permasalahan lebih diutamakan pada pendugaan parameter dan asumsi
sebaran. Jadi Fisherian Statistics itu
sebenarnya model driven yang agak
beda dengan data mining yang lebih
bersifat data driven. Akan tetapi pada pelaksanaannya, kedua “driven” tersebut harus dikuasai oleh
statistikawan di abad millenium ini.
Situasi ini akan berpengaruh terhadap model pendidikan dan pengajaran
statistika dewasa ini. Emanuel Parzen (Department of statistics Texas A & M
University College) baru-baru ini menulis tentang “Data Mining, Statistical
Methods Mining and History of Statistics”.
Dalam tulisannya tersebut dibahas juga masalah pendidikan statistika
menghadapi masa depan dimana data mining
akan berkembang, seperti bagaimana cara mengajar matematik statistik untuk non
matematik statistik, materi yang berhubungan dengan komputer seperti teknik
simulasi, analisis numerik, analis data dan struktur data perlu ditingkatkan
bagi para mahasiswa.
Belum adanya standard analisis untuk
eksplorasi data dalam data ukuran besar inilah diperkirakan, metode data mining akan banyak dikembangkan dan
diteliti oleh para pakar statistika.
SEKILAS SEJARAH
STATISTIKA DI INDONESIA
Dilihat
dari sejarah pendidikan statistika di Indonesia, Jurusan Statistika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor dapat berbangga,
karena jurusan yang dirintis dan didirikan oleh Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion
(Alm) tahun 1972 adalah Jurusan Statistika tertua di Indonesia. Awalnya dimulai dari Unit Biometrika di bawah
Fakultas Pertanian IPB yang kemudian berubah menjadi Pusat Pengolahan Data
Statistika dan Komputasi dan akhirnya menjadi Departemen Statistika dan
Komputasi di bawah Fakultas Pertanian. Pada waktu FMIPA disyahkan di IPB pada
tahun 1982, namanya berubah menjadi Jurusan Statistika di bawah FMIPA. Jadi boleh dikatakan Departemen itu adalah the founding father of FMIPA IPB.
Pada
dekade 60 dan 70-an statistika dikenal sebagai “tongkat pembimbing di daerah
ketidaktahuan”. Pada dasarnya fungsi
tersebut tidak akan hilang, karena statistika tetap berperan di dalam proses
penelitian mulai dari rancangan dan analisis, sampai ke penarikan
kesimpulan. Di wilayah dimana dunia
penuh dengan ketidakpastian, keragaman dan proses acak itulah statistika sangat
diperlukan. Tanpa bantuan statistika
tidak mustahil kita terjebak oleh kesimpulan yang tidak sepatutnya (misleading conclusion). Selain itu,
statistika juga perlu menerawang ke masa depan.
Statistika sebagai tongkat pembantu ke masa depan itu wajar saja bila
saat ini berkembang moto “Statistika adalah alat bantu untuk memecahkan masalah masa depan”, problem solver of the future.
“Statistics is not just for statistician”,
memang demikian adanya. Model-model
statistika sangat membantu pemahaman proses pembelajaran dalam dunia pendidikan
dan psikologi, regresi dan analisis deret waktu sudah sering membuka tabir
kesulitan riset dalam keteknikan, kimia, ekonomi, biologi dan ilmu-ilmu
kesehatan. Dewasa ini statistika sering
diminta bantuan oleh ahli-ahli hukum kriminalitas, khususnya dengan
berkembangnya “statistics for forensic
and DNA fingerprinting”.
Semua
kisah sukses statistika di dunia itu adalah titik cerah bagi masa depan Jurusan
Statistika FMIPA-IPB. Saat ini Jurusan
Statistika FMIPA IPB sudah mengasuh tidak saja program S1 (sarjana), tetapi
juga Program Pascasarjana S2 (magister sains), dan bahkan doktor (S3). Pendidikan tersebut diramu dengan kegiatan
riset yang bekerja sama dengan disiplin ilmu lainnya. Dengan demikian,
statistika secara keilmuan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan mulai
dari jenjang S1 ampai S2 dan masuk ke ranah-ranah keilmuan lainnya yang sudah
barang tentu sangat memerlukan statistika.
Jurusan
Statistika IPB yang merupakan pelopor pendidikan statistika di Indonesia,
selain menjalankan program pendidikan statistika pada jenjang S1, S2 bahkan S3
juga mengembangkan program pelayanan mata kuliah metode statistika pada program
studi lain di lingkungan IPB. Dampak dari ini, semua alumni IPB dibekali pola
berfikir statistika sehingga mereka sudah terbiasa dengan keteraturan berfikir
sehingga menjadi “pioner” penggunaan
berfikir secara statistika di lingkungan kerjanya di berbagai instansi
(khususnya DEPTAN).
Penyelenggaraan Program
pendidikan S1 (Sarjana) di IPB dimulai sejak tahun 1967, sedangkan program
pendidikan pascasarjana (S2) dimulai
sejak tahun 1975 dengan jumlah lulusan kurang lebih 150 (Magister Sains).
Dibukanya Program Doktor (S3) sejak empat tahun yang lalu dimaksudkan selain
untuk pengembangan statistika di Indonesia juga untuk memperkokoh peran Jurusan
Statistka IPB dalam pembangunan bangsa menyongsong Indonesia baru. Dapat dibayangkan selama lebih kurang 35
tahun jurusan statistika berkiprah, tentu alumninya (S1 dan S2) sudah tersebar
di berbagai instansi, baik sebagai peneliti, pengambil kebijakan, statistisi
profesional, maupun tenaga pengajar di PTN maupun PTS.
Program-program
untuk meningkatkan profesionalisme dan akademik lainnya dikembangkan dengan
membuka kerjasama akademik dengan program studi sejenis di berbagai Universitas
di Indonesia. Setiap tahun jurusan
Statistika IPB melakukan program pelatihan untuk dosen PTN di Indonesia.
Kerjasama dengan instansi lain, khususnya DEPTAN dalam pelatihan statistika.
Sampai
saat ini di Indonesia selain IPB telah ada PTN dan PTS lain yang telah membuka
jurusan Statistika secara mandiri tanpa dibawah naungan jurusan Matematika. PTN
yang telah membuka jurusan statistika secara mandiri adalah UNPAD, ITS dan UGM.
Sedang PTS nya adalah UNISBA, UII Yogyakarta dan salah satu PTS di kota Malang.
Selain itu untuk BPS telah membuka pendidikan jurusan statistika untuk
keperluan di instansinya yang dulu bernama AIS dengan pendidikan jenjang D3,
sedang sekarang bernama STIS dengan jenjang pendidikan setara S1.
DAFTAR PUSTAKA :
Gani,
J. 1982.
The Making of Statisticians.
Springer- Verlag. New York.
Mallows,
C. (1998). 1997, Fisher Memorial
Lecture. The Zeroth Problem. ASA 52(1) : 1-9.
Nasoetion,
A. H. dan Rambe, A. 1984. Teori
Statistika untuk ilmu-ilmu Kuantitatif.
Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Parzen.
Emanuel. 2002. Data Mining, Statistical Methods Mining and History of
Statistics”. (Department of
statistics Texas A & M University College) termuat di internet.
Rao, C.
R. and Szekely, G. J. 2000. Statistics for The 21st
Century. Methodologies for
Applications of the future. Marcell
Dekker. New York.
Rao, C.
R. 2001 Has Statistics a Future ? If So
in What Form ? termuat di internet.
0 komentar:
Posting Komentar