Selasa, 28 Mei 2013

Kurs dan Valuta Asing
A. Kurs

Kurs adalah harga dalam negeri dari mata uang luar negeri. Tolak ukur atau perbandingan satuan mata uang suatu negara dengan negara lain disebut kurs uang atau rate of exchange. USD  merupakan salah satu mata uang hard currency, yaitu mata uang yang  nilainya  relatif  stabil  dan  kadang-kadang  mengalami  apresiasi,  maka  akan dijadikan tolak ukur terhadap mata uang Rupiah. Menyinggung mengenai kurs Rupiah terhadap USD, maka di Indonesia dikenal tiga jenis kurs yaitu kurs jual, kurs beli, dan kurs tengah. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah bahwa penentuan kurs jual dan kurs beli akan selalu dilihat dari sisi bank.

Kurs jual atau ask rate untuk USD adalah nilai tukar Rupiah terhadap USD apabila bank menjual USD kepada nasabah atas permintaan nasabah, sebaliknya kurs beli atau bid rate adalah nilai tukar Rupiah terhadap USD apabila bank membeli atau membutuhkan USD. Kurs jual suatu mata uang akan selalu lebih tinggi daripada kurs belinya. Ditinjau dari sisi bank, bank devisa akan selalu berusaha memperoleh keuntungan  dari  selisih  antara  penjualan  dan  pembelian  atau  yang  dikenal  sebagai spread.  Sedangkan kurs tengah adalah nilai tengah antara kurs jual dan kurs beli pada saat tertentu. Dalam analisis-analisis, kurs tengah akan memberikan hasil yang menggambarkan perkembangan yang terjadi. Hal ini disebabkan spread antara kurs jual dan kurs beli yang selalu berubah-ubah.

 B.Valuta Asing


Bursa atau pasar valuta asing diartikan sebagai suatu tempat atau wadah atau sistem dimana perorangan, perusahaan, dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan melakukan pembelian atau permintaan (demand) dan penjualan atau penawaran (supply) atas valuta asing. Karena kurs ditentukan oleh pergerakan pasar valuta asing, maka frekuensi fluktuasinya sangat tinggi. Faktor yang mempengaruhi kurs adalah ekonomi politik suatu negara dan kebijakan ekonomi makro dari suatu negara. Perubahan harga ini akan mempengaruhi transaksi perdagangan.

Namun transaksi perdagangan bukan satu-satunya faktor yang meningkatkan perdagangan mata uang, meningkatkan spekulasi dalam pasar valuta asing juga cukup besar peranannya. Sehingga walaupun pasar valuta asing ditujukan untuk membantu terjadinya perdagangan internasional, namun partisipan pasar valuta asing lebih berorientasi kepada spekulasi. Akhirnya, kebijakan Bank Sentral masing-masing negara yang semakin melepaskan kendali terhadap mata uangnya juga ikut memicu semakin aktifnya perdagangan valuta asing.

Tidak seperti pasar keuangan yang lain, maka pasar valuta asing tidak mengenal batasan fisik dimana perdagangan harus dilakukan. Perdagangan tersebut dilakukan secara OTC (Over The Counter) dan melalui jaringan telekomunikasi. Karakteristik yang unik adalah perdagangan ini dilakukan secara global dan selama 24 jam perhari.

Secara prinsip, setiap orang yang menukarkan mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain telah berpartisipasi dalam pasar valuta asing. Namun melihat kepada pemain utama dari pasar valuta asing, maka bank komersial adalah partisipan utama.


Menurut  Berlianta  (2006,  p4)  partisipan  pasar  valuta  asing  bisa  dibedakan sebagai berikut:

1.   Perusahaan


Perusahaan melakukan ekspor atau impor barang dan jasa  dengan negara lain membutuhkan transaksi jual-beli valuta asing untuk memenuhi/antisipasi kewajiban yang dimiliknya.

2.   Masyarakat atau perorangan


Masyarakat atau perorangan dapat melakukan transaksi valuta asing untuk spekulasi dan memenuhi kebutuhannya.

3.   Bank Umum


Bank umum melakukan transaksi jual-beli valuta asing untuk berbagai keperluan antara  lain  melayani  nasabah  (perusahaan)  yang  ingin  bertransaksi  jual-beli valuta  asing,  berusaha  memperoleh  keuntungan  dari  perubahan  harga  valuta asing di pasar, memenuhi kewajiban valuta asing yang dimiliknya.

4.   Broker/Perantara


Broker adalah orang atau perusahaan yang tugasnya menjadi perantara terjadinya transaksi valuta asing. Mereka biasanya berusaha membantu pembeli mencari penjual dan sebaliknya.


5.   Pemerintah


Pemerintah melakukan transaksi valuta asing untuk berbagai tujuan antara lain membayar cicilan hutang luar negeri, penerimaan hutang luar negeri baru yang harus ditukar ke valuta asing sendiri, dan lain-lain.

6.   Bank Sentral


Di banyak negara, Bank Sentral tidak berada dibawah kendali pemerintah, Bank Sentral merupakan lembaga independent yang bertugas menstabilkan perekonomian. Salah satu instrumen dalam penstabilan perekonomian adalah dengan transaksi valuta asing.

Adapun alur kegiatan pasar valuta asing dapat dijelaskan sebagai berikut :


1.   Perusahaan atau perorangan yang akan melakukan transaksi (transaksi membeli valuta asing maupun menjual valuta asing) karena kebutuhannya akan menghubungi bank untuk melakukan transaksi. Dia membeli atau menjual valuta asing dengan pihak bank.

2.  Pihak bank, pada saat melakukan transaksi beli atau jual valuta asing dengan perusahaan atau perorangan (nasabah), bank biasanya langsung masuk ke pasar valuta  asing  antar  bank  guna  melakukan  transaksi  kebalikan  dari  yang  dia lakukan dengan nasabah. Sebagai contoh: bank membeli USD dan menjual Rupiah dengan perusahaan, pada saat yang bersamaan bank melakukan transaksi menjual USD dan membeli Rupiah dari pasar valuta asing antar bank. Hal ini dilakukan oleh bank untuk mengurangi resiko yang dihadapi, terutama resiko pergerakan kurs.


3.  Dalam melakukan transaksi valuta asing antar bank ada dua cara yang bisa dilakukan yaitu bank mencari sendiri bank lain yang mau membeli USD dan menjual Rupiah atau bank bisa minta tolong broker untuk mencari bank lain yang mau membeli USD dan menjual Rupiah.

4.   Bank Sentral biasanya melakukan transaksi valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar valuta asing.




Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing


Berdasarkan perkembangan sistem moneter internasional sejak berlakunya Bretton Woods System pada tahun 1944, pada umumnya dikenal beberapa macam sistem penetapan kurs valuta asing atau forex rate, yaitu :

1.   Sistem kurs tetap / stabil atau fixed exchange rate system


Sistem kurs tetap diciptakan berdasarkan perjanjian Bretton Woods pada tahun

1944  yang  telah  melahirkan  lembaga  moneter  internasional  yang  sekarang  ini dikenal sebagai International Monetary Fund (IMF).

Berdasarkan perjanjian Bretton Woods System yang berlaku efektif sejak 1947 sampai dengan 15 Agustus 1971 (Dekrit Nixon) ditetapkan suatu sistem moneter internasional (SMI) dengan salah satu diantaranya adalah sistem moneter internasional didasarkan kepada standar emas dengan pengertian setiap mata uang negara anggota IMF dikaitkan dan konvertible dengan emas atau gold exchange standart. Dalam hal ini sebagai standart ditetapkan bahwa mata uang 35 USD ekuivalen dengan satu troy once emas atau 28,3496 gram emas. Dengan demikian 35


USD  ekuivalen dengan 28,3496 gram emas atau 1 USD ekuivalen dengan 0.81 gram emas.

2.   Sistem kurs mengambang /  berubah atau floating exchange rate system


Sistem kurs mengambang berarti nilai tukar suatu mata uang ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaaan  di pasar valuta asing. Apabila penentuan kurs valuta asing di bursa valuta asing tersebut terjadi tanpa campur tangan pemerintah maka disebut sebagai sistem kurs mengambang murni atau freely floating system. Sebaliknya apabila pemerintah turut campur mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap valuta asing di bursa valuta asing maka disebut sebagai sistem kurs mengambang terkendali atau anaged floaingt system. Sistem ini banyak digunakan oleh berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.

3.   Sistem kurs terkait atau pegged exchange rate system


Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai mata uang suatu negara dengan nilai mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Sistem ini antara lain dilakukan oleh beberapa negara Afrika yang mengaitkan nilai mata uang dengan mata uang Perancis (FRF) dan beberapa negara lain yang mengaitkan mata uang dengan USD dan Singapore Dollar (SDR).

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing


Salah satu ciri era globalisasi yang menonjol saat ini yaitu adanya arus uang dan modal dalam bentuk valuta asing antara lain berbagai pusat keuangan di berbagai negara yang semakin besar dan cepat, seakan-akan mengalir tanpa mengenal kewarganegaraan


surplus ke tempat defisit dapat terjadi karena adanya beberapa faktor atau kondisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan menimbulkan perbedaan kurs valuta asing di masing- masing tempat. Beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain adalah :

1.   Perbedaan penawaran dan permintaan mata uang
Valuta  asing  sebagai  benda  ekonomi  mempunyai  penawaran  dan  permintaan pada bursa valuta asing. Sesuai dengan teori mekanisme pasar, setiap perubahan penawaran dan permintaan valuta asing yang terjadi di pasar valuta asing tentu akan mengubah harga atau nilai valuta asing tersebut.

2.   Neraca pembayaran internasional
Neraca pembayaran internasional adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis  tentang  semua  transaksi  ekonomi  internasional  yang  meliputi perdagangan, keuangan, dan moneter antara penduduk suatu negara dan penduduk luar negeri untuk suatu periode tertentu, biasanyanya satu tahun.

3.   Tingkat inflasi
Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentasi pertambahan kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari suatu negara ke negara lainnya.


perubahan tingkat suku bunga pendapatan berpengaruh terhadap kurs valuta asing. Untuk  menarik  investor  luar  negeri  menginvestasikan  dananya  di  dalam  negeri, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menaikkan tingkat suku bunga di dalam negeri. Tingkat suku bunga yang tinggi tersebut akan mengakibatkan masuknya  valuta  asing  yang  cukup  besar  ke  dalam  negeri,  misalnya  USD. Akibatnya, penawaran akan USD akan meningkat dan permintaan Rupiah akan menurun.

5.   Tingkat pendapatan
Seandainya tingkat pendapatan penduduk Indonesia tinggi sedangkan kenaikan jumlah barang yang tersedia relatif kecil, maka impor barang akan meningkat. Peningkatan impor ini akan membawa efek kepada peningkatan permintaan valuta asing pada gilirannya akan mempengaruhi kurs valuta asing.

6.   Pengawasan pemerintah
Pengawasan pemerintah yang dijalankan dengan berbagai bentuk kebijakan moneter, fiskal dan perdagangan luar negeri untuk tujuan tertentu, mempunyai pengaruh terhadap kurs valuta asing. Misalnya : pengawasan lalu lintas devisa, pengetatan mata uang beredar, penaikan tingkat suku bunga dan sebagainya. Kebijakan  pemerintah  tersebut  pada  umumnya  akan  berpengaruh  terhadap penawaran dan permintaan valuta asing dan selanjutnya akan mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing.



Spekulasi adalah usaha untuk memperoleh laba atas dasar perkiraan akan terjadinya perubahan harga walaupun dengan resiko yang relatif besar. Biasanya para pemain dalam pasar valuta asing berusaha menahan dan membeli mata uang asing  dengan  memprediksikan  bahwa  nilai  tukarnya  akan  meningkat  sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan dari spread antara kurs beli dan kurs jual.

Adanya harapan bahwa tingkat inflasi akan menurun atau sebaliknya dapat mempengaruhi kurs valuta asing. Adanya spekulasi dan isu devaluasi Rupiah karena defisit neraca transaksi berjalan juga akan mempengaruhi kurs valuta asing
Sedangkan menurut Sukirno  (1976, p 296) beberapa faktor penting yang mempunyai pengaruh atas perubahan kurs pertukaran adalah :
1.   Perubahan dalam cita rasa masyarakat.
Bila penduduk suatu negara lebih menyukai barang-barang dari negara lain maka nilai mata uang asing tersebut akan semakin naik.

2.   Perubahan harga dari barang-barang ekspor.
Semakin tinggi harga barang yang akan diekspor, semakin turun nilai mata uang pengekspor tersebut.
3.   Kenaikan harga-harga umum (inflasi).
Semakin tinggi tingkat inflasi negara pengeskpor semakin turun nilai mata uang negara tersebut.


4.    Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi.
Semakin tinggi tingkat bunga investasi di negara tersebut  semakin tinggi nilai mata uang negara tersebut.
5.   Perkembangan ekonomi.
Semakin banyak nilai ekspor suatu negara semakin kuat nilai mata uang negara tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar