Dalam Modern Epidemiology, Rithman dan Greenland mengilustrasikan proses pemahaman terhadap penyebab dengan deskripsi dari seornag bayi yang belajar menggerakkan tombol yang menyebabkan lampu menyala. Tetapi apa yang kami ambil sebagai penyebab tergantung pada tingkat dimana kita mencari pemahaman atau konstituensi yang kami pelrihatkan. Karena itu:
Seorang Ibu yang mengganti bola
lampu yang terbakar mungkin akan melihat bahwa tindakannya adalah penyebab
dari menyalanya lampu, bukan karena dia menolak fakta bahwa hal tersebut adalah
efek dari dipasangnya tombol lampu pada posisi menyala, tetapi karena fokus
yang diamatinya berbeda.
Seorang ahli listrik yang
mengganti sirkuit yang rusak mungkin akan menyatakan bahwa hal tersebut adalah penyebab
dari menyalanya lampu, bukan karena dia menolak fakta pentingnya tombol lampu
dan bola lampu, tetapi karena fokus yang diamatinya berbeda.
Seorang ahli kabel yang
memperbaiki transformer yang menyebabkan lampu mati mungkin akan
menyatakan bahwa penyebab dari menyalanya lampu adalah karena dia membetulkan
transformer tersebut.
Seorang agen layanan sosial yang
mengatur pembayaran tagihan listrik mungkin akan menganggap bahwa pembayaran
tersebut adalah penyebab dari menyalanya lampu, karena jika listrik
diputus, maka tombo, sirkuit dan bola lampu akan tidak berarti.
Seorang pegawai perusahaan listrik,
pejabat politik menilai bahwa perusahaan, para investor yang memasukkan
dana, Bank Pemerintah yang menurunkan tingkat suku bunga, politisi
yang memotong pajak, dan penyedia layanan kesehatan yang menyumbangkan
pengembangan proses kelahiran yang aman dan kesehatan mungkin akan menganggap
bahwa tindakan mereka adalah penyebab dari menyalanya lampu.
Slogan
dari National Rifle Association “Senjata tidak membunuh orang, oranglah yang
membunuh orang lain” bukan merupakan pernyataan kesehatan, tetapi memberi
ilustrasi atas kompleksitas dari memproporsikan kausasi.
Mervyn
Susser mengajukan bahwa untuk hubungan kausal,
epidemiologi memiliki atribut-atribut sebagai berikut: asosiasi, urutan
waktu, dan arah. Sebuah kausa adalah sesuatu yang diasosiasikan dengan efeknya,
yang muncul sebelum atau paling tidak pada saat yang bersamaan dengan efek
tersebut, dan bertindak terhadap efeknya. Dalam prinsipnya, sebuah kausa dapat diharuskan-tanpanya
efek tidak akan muncul-dan/atau memadai-dengannya efek akan muncul
walaupun tidak ada atau ada faktor lainn yang terlibat di dalamnya. Dalam
prakteknya, bagaimanapun, akan selalu mungkin untuk mendapatkan faktor-faktor
lain yang ada atau tidak ada yang mungkin dapat mencegah efek, karena, seperti
contoh tombol lampu di atas-asumsi-asumsi akan selalu bermunculan. Kegagalan
dalam membangun lima tahapan seperti di atas mungkin akan menjadi penyebab yang
memadai untuk kematian. Tetapi tetap dapat disanggah bahwa kematian tidak akan
terjadi jika ada pencegahan sebelumnya.
Rothman,
telah merincikan komponen-komponen model kausal yang mencoba untuk
mengakomodasikan semua multiplisitas faktor tersebut, yang berkontribusi dalam
munculnya hasil. Dalam model Rothman tersebut, penyebab-penyebab yang memadai
diperlihatkan dalam lingkaran penuh (kue kausal), segmen-segmen memperlihatkan
komponen penyebab. Ketika semua komponen penyebab muncul, maka kausa yang
memadai telah lengkap dan hasil akan muncul. Ada kemungkinan dari munculnya
lebih dari satu penyebab yang memadai (misalnya lingkaran penuh) untuk hasil,
maka hasil akan muncul dalam banyak jalur. Komponen-komponen penyebab yang
merupakan bagian dari setiap kausa yang memadai juga dianggap sebagai penyebab.
Periode induksi untuk sebuah kejadian didefinisikan melalui relasi terhadap
setiap komponen khusus kausa, pada saat waktu yang dibutuhkan bagi komponen
kausa yang tersisa juga memunculkan diri. Maka, komponen kausa terakhir yang
memiliki periode induksi nol. Model ini sangat berguna untuk mengilustrasikan
sejumlah konsep-konsep epidemiologis, khususnya dalam hubungan dengan
“sinergisme” dan “modifikasi efek”, dan kita akan kembali lagi pada bab
kemudian.
Kesimpulan kausal
Observasi langsung vs. Kesimpulan
Banyak pengetahuan keilmuan dikumpulkan
melalui observasi langsung. Pengenalan terhadap teknologi-teknologi baru untuk
observasi bersamaan dengan persepsi-persepsi optikal, aura dan dimensi kimia,
melalui alat-alat seperti mikroskop, sinar-X, gelombang suara ultra, pemindaian
resonansi magnetis, dan uji kadar logam biokimia telah semakin memperluas
kesempatan kita untuk melakukan observasi langsung dan berkontribusi bagi
kemajuan-kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, pemenang Hadiah
Nobel terbaru telah dianugerahi penghargaan karena mengukur jalur-jalur ion
dalam sel, sebuah proses yang sebelumnya telah disimpulkan lebih dahulu. Karena
itu, telah dikatakan bahwa kemajuan-kemajuan dalam teknik-teknik biologi
molekuler telah mengkonversi ilmu genetika dari satu kesimpulan ke satu
observasi langsung.
Secara
umum, bagaimanapun, tantangan-tantangan dalam memahami melebihi yang dapat
diobservasi secara langsung, maka, kesimpulan adalahaspek yang penting dari
aktifitas keilmuan. Tampaknya tidakmungkin untuk mengobservasi semua aspek dari
fenomena yang dijadikan perhatian, dan situasi ini merupakan kasus yang paling
sering hubungan-hubungan dalam penelitian-penelitian epidemiologis. Lebih
jauhlagi, bahkan observasi juga melibatkan kesimpulan.
Dengan
memperhitungkan kesulitan-kesulitan yang akan muncul dari induksi dan
latensitas. Kecepatan dimana penyakit kudis dengan segera membaik setelah Lind
memulai perawatannya adalah bantuan yang sangat besar dalam memahami efek dari
jeruk. Periode induksi dua-minggu dari campak dan infeksinya sebelum munculnya
gejala pada saat yang sama juga menjadi penghalang dalam memahami transmisi
penyakit tersebut. Pada saat penelitian Goldberger, pellagra secara umum
berkembang dalam waktu sekitar empat bulan setelah awal serangan dari diet defisien-niacin.
Periode induksi yang lebih panjang pasti telah membuat hal tersebut yang lebih
sulit untuk mengasosiasikan efek dengan penyebab.
Sebagai
contoh, interval selama empat bulan dikacaukan dengan cara musiman, maka kasus
akan lebih tinggi pada musim panas dan musim semi (ketika makanan lebih banyak
tersedia) . pada saat tersebut, lawan dari penerimaan hubungan kausal antara
tembakau dan kanker paru-paru menunjukkan tingkat kanker paru-paru yang rendah
dalam populasi dengan tingkat yang tinggi ( sebagai contoh, wanita
Amerika Serikat pada tahun 1950-an), sebagai bukti kontradiksi, dengan
mengabaikan untuk memasukkan interval yang panjang antara waktu dimulai
dan perkembangan kanker paru-paru.
Serupa
dengan di atas, penakit-penyaki tlangka membutuhkan observasi dari banyak
subjek, yang sangat membatasi tingkat rincian yang dapat divisualisasikan atau
diperiksa. Desakan-desakan yang parah pada pengukuran juga diakibatkan oleh
kebutuhan yang sangat tergantung pada metode-metode pengukuran non-invasif.
Tinjauan idealis terhadap
proses ilmiah.
Untuk
sebab-sebab seperti ini, sumber-sumber utama dalam epidemiologi harus
disimpulkan, melalui:
- mengajukan model-model konseptual
(hipotesis konseptual);
- deduksi dari spesifik, hipotesis
operasional; dan
- menguji hipotesis operasional
tersebut.
Seperti
yang diperlihatkan dalam Kleinbaum, Kupper, dan Morgensten, siklus dari
kemajuan ilmiah dapat berlanjut sebagai berikut:
- Mengajukan hipotesis operasional
- Deduksi terhadap hipotesis kajian
spesifik
- Desain kajian dan pengumpulan data
- Analisis data dan kesimpulan tentang
hipotesis kajian
- Modifikasi terhadap hipotesis
konseptual, jika diperlukan
Potret
yang diakui sangat ideal ini cukup tepat untuk menekankan pentingnya model
konseptual. Seperti yang dibedakan oleh sejarahwan Edward Hallet Carr, dalam
tulisannya (What is history, NY:
Knopf, 1968, hal. 136) “Dunia ahli sejarah, seperti dunia ilmuan lainnya, bukan
merupakan slainan fotografis dari dunia nyata, tetapi merupakan model kerja
yang membuat manusia semakin efektif atau kurang efektif untuk memahami dan
menguasainya. Para ahli sejarah belajar dari masa llau, atau dari sangat banyak
pengalaman di masa lalu yang dapat mereka kumpulkan, yang sebagian disetujui
sebagai eksplanasi dan interpretasi rasional, dan dari situ kemudian kesimpulan
ditarik yang mana akan bertindak sebagai panduan dalam bertindak. Penulis
populer terbaru, yang berbicara tentang pencapaian ilmu pengetahuan, secara
grafis merujuk terhadap proses dari pikiran umat manusia yang “menggerayangi
kantong usang berisi “fakta”, yang telah diamati, melakukan seleksi terhadap
potongan-potongan, dan pola dari fakta-fakta relevan yang telah diamati,
menolak semua yang tidak relevan, hingga disatukan bersama-sama dengan
logika dan selimut rasional dari “pengetahuan”.
Carr
kemudian meneruskan, dalam pasasi yang mengaplikasikan lebih luas lagi
dibanding dengan sebab-sebab historis saja, “Karena itu sejarah adalah sebuah
proses dalam artian signifikansi historis. Untuk meminjam istilah dari Talcott Parson,
sekali lagi, sejarah adalah “sebuah sistem selektif” yang tidak hanya kognitif
tetapi memiliki orientasi kausal
terhadap realitas. Sama seperti samudera yang tidak terbatas dari fakta yang
dipilih para ahli sejarah yang mana hanya seignifikan bagi tujuan mereka
sendiri, maka, multiplikasi dari rangkaian-rangkaian kausa dan efek yang
disarikan itulah, dan hanya itu saja, yang secara historis signifikan; dan
standar bagi signifikansi historis ini adalah kemampuannya dalam mencocokkannay
ke dalam pola penjelasan rasionalnya sendiri dan interpretasi. Rangkaian
lainnya dari kausa dan efek harus ditolak sebagai insindentil, bukan karena
hubungan antara kausa dan efek berbeda, tetapi karena rangkaian itu sendiri
yang tidak relevan. Ahli sejarah tidak melakukan apapun dengan hal tersebut;
hal tersebut tidak termasukdalam persetujuan tentang interpretasi rasional, dan
tidak memiliki arti dalam masa lalu atau juga masa sekarang.” (E.H. Carr,
op.cit., hal. 138). Karena itu dalam situasi hipotetis dari Carr (hal. 137) di
masa kini yang mana Jones berkendara dari sebuah pesta dimana dia terllau
mabuk, dengan mobil yang remnya rusak, pada sebuah persimpangan dengan daya
pandang yang buruk menabrak dan membunuh Robinson, yang menyebrnag jalan untuk
membeli sebungkus rokok, maka kita akan menunjuk alkohol, remm yang rusak, dan
daya penglihatan yang buruk sebagai kausa (dan target potensial dalam tindakan
pencegahan), tetapi bukan itu sendiri yang jadi sebab walaupun memang
benar bahwa jika Robinson bukan seorang perokok maka dia tidak akan terbunuh
malam itu.
Hipotesis
konseptual yang muncul dari penyebab induktif, berdasarkan kepada
observasi dan teori, dianalogikan sebagai proses, dan seterusnya. Sebagai
contoh, efek dari perokok pasif pada kanker paru-paru dan dari kontrasepsi oral
terhadap kanker payudara pertama kali dipakai berdasarkan pengetahuan tentang
efek dari perokok aktif pada kanker paru-paru dan dari kontrasepsi oral
terhadap jaringan sensitif-estrogen. Pengetahuan yang ada sekarang dapat cocok dengan
lebih dari satu macam model. Sebagai contoh, data yang ada tentang efek dari
radiasi terhadap resiko kanker dapat cocok dengan hubungan linear, dimana tidak
ada ambang batas bawah yang tidak menunjukkan resiko, atau dengan model
kurvalinear dimana ambang batas resiko ada.
Dari
hipotesis-hipotesis konseptual ini, penyebab deduktif dapat menumbuhkan
prediksi spesifik atau hipotesis kajian yang dianggap benar jika model
konseptualnya benar. Jika prediksi ini atrau hipotesis kajian ini tidak cocok
dengan data valid dari kajian-kajian empiris, maka model konseptual yang
menumbuhkan prediksi dianggap sebagai pertanyaan. Situasi tersebut memaksa
penilaian ulang atau modifikasi terhadap hipotesis konseptual dan berdasarkan
pada kemajuan pemahaman.
KARL POPPER: Kekuatan
Falsifikasi
Asep
dari proses investigasi ilmiah ini telah ditekankan oleh filsuf Karl Popper.
Dalam konseptualisasi Popper, falsifikasi dari hipotesisi tampak lebih
informatif dibanding dengan pembenaran hipotesis. Ada sejumlah data yang tampak
konsisten dengan hipotesis salah. Satu contoh tunggal terbalik, bagaimanapun,
akan memaksa terjadinya modifikasi. Karena itu, Popper menilai, bahwa,
kajian-kajian harus mencoba untuk menyangkal, dari pada mengkonfirmasi,
hipotesis yang diuji. Sebuah hipotesis yang dapat bertahan melewati percobaan
penyangkalan tersebut akan mendapatkan kekuatan yang lebih dibanding dengan
hipotesis yang dibenarkan berulang-ulang kali.
Walaupun
moder Popper tampak cukup menarik, seberapa jauhkah model tersebut dapat
menjelaskan bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan berkembang? Salah satu
masalah dari proses uji induksi-deduksi ini membutuhkan sejumlah besar
pengetahuan yang mana akan dikonseptualisasikan dan dideduksi. Secara khusus
dalam tahapan-tahapan awal penelitian dari satu area, ada kebutuhan tersendiri
bagi investigasi deskriptif untuk menumbuhkan sekumpulan data yang dapat
memberikan arah pemikiran tentang isu-isu dan menyediakan beberapa dasar untuk
penyebab induktif. Lebih serius adalah fakta bahwa dalam penelitian-penelitian
epidemiologis, hasil negatif (temuan yang tidak menunjukkan asosiasi)
seringkali tidak dapat menyangkal hipotesis awal karena sangat banyak bias
sumber yang bekerja sebagai penutup dari asosiasi.
Poin
yang lebih jauh lag dimana kemajuan yang berurut seperti yang digarisbawahi di
atas belum memadai yang merupakan situasi dimana model konseptual yang telah
ada selalu membutuhkan terobosan baru yang belum ditemukan, untuk memecahkan
kebuntuan. Dalam fisika, sebagai contoh, teori Einstein tentang relativitas-rekonseptualisasi
revolusioner dari fenomena fisika-memecah kebuntuan yang telah dicapai dari
bagian lain dari abad ke sembilanbelas, dan membuka jalan bagi
kemajuan-kemajuan dramatis dalam ilmu pengetahuan. Investigasi Goldberger pada
pellagra memberikan hasil yang kurang dramatis tetapi merupakan ilustrasi yang
penitng dari peran rekonseptualisasi dalam mengkaji penyakit-penyakit spesifik.
Maka sangat penting untuk mengingat bahwa kemajuan dari ilmu pengetahuan dapat
berasal dari sebuah observasi yang hati-hati, deskripsi yang tepat, dan
pemikiran kreatif-walaupun dalam banyak kasus pemikiran seperti itu melalui
penempatan hipotesisi secara implisit dan mengujinya dengan semua pengetahuan
yang ada. Memang, bahkan proses dari observasi langsungpun melibatkan paradigma
yang membawa kita ke arah observasi dan interpretasi.
Menurut
D.C Stove, filosofi Popper tentang ilmu pengetahuan dapat dipahami hanya dalam
referensi terhadap keadaa sosial pada awal masanya(Vienna dalam tahun-tahun
setelag Perang Dunia Pertama). Dalam pandangan Stove, filosofi Popper berdasar
kepada pembalikan citra-citra tradisional dari ilmu pengetahuan dan filosofi.
Secara tradisional, proposisi dalam ilmu pengetahuan adalah dapat
diverifikasi. Bagi Popper, hal tersebut dibedakan sebagai dapat
difaksifikasi. Metode ilmu pengetahuan telah dianggap induktif secara esensialnya. Popper tetap
bertahan bahwa ilmu pengetahuan adalah dektif secara fundamental.
Terlalu banyak, intisari dari ilmu pengetahuan yang memberi peringatan:
Popper berkata bahwa keberanian adalah inti dari ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan seharusnya dibedakan dari pekerjaan mengira-ngira dan opini
sehari-hari melalui fakta bahwa kesimpulan adalah tertentu atau paling
tidak memiliki sejumlah besar kemungkinan yang membantu; Popper akan berkata
bahwa kesimpulan ilmiah tidak pernah lebih dari mengira-ngira, hipotesis,
terkaan-terkaan, dan tidak ada teori yang akhirnya menjadi lebih mungkin. Untuk
sebab-sebab historis, menurut Stove, filosifi ilmu pengetahuan dari Popper mendapat
banyak sekali penerimaan yang luas dari publik dan komunitas ilmiah. Khusus
dalam epidemiologi, dimana memungkinkan untuk mengontrol banyak sekali sumber
pengaruh luar, kemungkinan adanya hubungan yang tepat akan digelapkan yang akan
lebih menyulitkan untuk menyangkal sebuah hipotesis epidemiologis dan karena
itu membatasi pengaplikasian model Popper.
“Akal Sehat”
Sebuah
model alternatif dari kemajuan ilmiah adalah dalam bentuk “akal sehat”, sebuah
fenomena yang mendapatkan perhatian yang meningkat dari penelti-peneliti
intelejensi artifisial. Perhatikan situais di bawah ini:
Anda
keluar rumah pada pagi hari dan mendapati bawah rumput-rumput basah
Kesimpulan
yang jelas adalah bahwa semalam telah turun hujan.
Tetapi,
jika saja anda mengetahui bahwa seseorang telah meninggalkan penyiram tanaman
otomatisnya dalam keadaan terbuka tadi malam. Maka, dengan begitu keyakinan
bahwa semalam turun hujan akan runtuh dengan sendirinya-karena telah
mendapatkan fakta baru, anda kemudian menarik kesimpulan awal.
Sesuai
dengan presentasi pada American Association for Artificial Intelligence di
bulan Juli 1987, hal tersebut dikenla dengan nama logika flip-flop
(“penyebab-penyebab non-monotis” dalam komunitas intelinjensia artifisial)
adalah ringkasan dari akal sehat. Hal tersebut adalah pelanggaran yang kentara
terhadap teori logika konvensional (berdasarkan kepada aksioma tersebut,
teorema, membuktikan teorema). Tetapi, tampaknya khsus dalam jenis penilaian
seperti itu pada karakteristik tertentu dari pengalaman manusia dan sistem
berbasis-komputer. Pada akal sehat, kausa bersaing, bukti-bukti saling
mendukung. Semakin banyak petunjuk yang dimiliki untuk mendukung hipotesis
kita, maka semakin yakinlah kita bahwa hipoetsis tersebut benar.
Kesimpulan statistik dan
kesimpulan kausal
Kesimpulan
statistik tidak sama dengan kesimpulanm kausal, walaupun memang ada paralelisme
dalam proses penyimpulan itu sendiri, dan kesimpulan statistik secara umum
memakai data yang dievaluasi untuk digunakan bagi pembentukan kesimpulan
kausal. Dalam kesimpulan statistik, data dari sampel yang diobservasi
dipergunakan untuk menyimpulkan tentang populasi yang mana telah ditentukan
sebelumnya. Model statistik, diekspresikan dengan hipotesis kosong (H0),
kemudian “diuji” terhadap data. Berdasarkan data, model statistik dapat
diterima atau ditolak sebagai eksplanasi yang memadai dari data. Penolakan
merupakan pernyataan yang lebih kuat dan biasanya didasari oleh kriteria yang
lebih keras (tingkat signifikansi 5% berarti hasil yang sama kuatnya dengan yang
diobservasi akan muncul dengan kemungkinan hanya 5%dari waktu keseluruan,
sementara tingkat 80% dari kekuata statistik berari ada hubungan nyata yang
tampaknya tidak “signifikan” 20% pada saat yang sama). Tetapi dengan
mengeluarkan eksplanasi yang berbasis pada kesempatan tidak serta merta
mendirikan sebuah kausalitas, karean ada beberapa banyak kemungkinan lainnya
untuk sebab-sebab non-kausal bagi asosiasi yang ada. Asosiasi tersebut harus
cukup meyakinkan dan merefleksikan beberapa keanehan-keanehan dalam kelompok
kajian, masalah dengan pengukuran terhadap penyakit atau bukaan terhadap
penyakit, atau efek dari beberapa faktor lainnyta dapat berdampak pada penyakit
DAN dugaan kausa. Bahkan, dugaan faktor resiko dapat saja muncul SETELAH
(bahkan sebagai hasil dari) penyakit. Dalam kesimpulan kausal, seseorang yang
meneliti struktur dan hasil dari banyak investigasi dalam percobaannya untuk
melakukan penaksiran, jika mungkin, akan menghilangkan semua sebab-sebab
non-kausal yang mungkin ada untuk asosiasi yang telah diamati
Pengaruh pengetahuan dan
paradigma
Karena
kesimpulan kasual adalah proses dari pencarian sebab yang masuk akal, maka
dikondisikan oleh apa yang diyakini benar adanya dan bisa mengungkapkan
konsep-konsep penyakit. Konsep-konsep ini berdasar kepada pengetahuan pada saat
itu, demikian juga semua ketidakacuhan
dan keyakinan-keyakinan yang kleiru.
Anggap
saja dalam satu kasus agen-agen mikrobial. Rumus-rumus Henle-Koch (1884)
untuk mengimplikasi bakteria sebagai penyebab dari penyakit adalah:
- Parasit (bentuk asli) yang harus
didapati pada semua yang terkena penyakit
- Parasit tidak boleh muncul pada orang
sehat
- Parasit dapat diisolasi, dibiakkan
dan dapat menyebabkan perpindahan penyakit ke orang lain.
Telah
menjadi model yang sangat berhasil bagi penyakit-penyakit seperti anthrax,
tuberculosis, dan tetanus. Tetapu, dalil-dalil ini belum memadai bagi banyak
penyakit lainnya, terutama penyakit-penyakit viral, karena (Rivers, 1937; Evans
1978):
- Produksi penyakit mungkin memerlukan
faktor pendukung
- Virus tidak dapat dibiakkan seperti
bakteria karena virus membutuhkan sel-sel hidup untuk bertumbuh
- Virus-virus patogenis dapat muncul
tanpa penyakit klinis (infeksi sub-klinis, keadaan pembawa).
Ketika
patogen-patogen ini tidak terlalu beracun atau tidak mematikan dimana kehadirna
patogen tersebut selalu membawa penyakit, maka kita harus memperhitungkan
faktor-faktor ganda dan “jaringan”kausasi.
Kriteria untuk kesimpulan
kausal dalam epidemiologi
Kriteria
untuk kesimpulan kausal menjadi isu yang penting dan kontroversial dengan
dibentuknya Advisory Comitte pertama untuk Surgeon General on Health
Consequences of Smoking. Pada laporan lembaga ini di tahun 1964, komite ini
memperlihatkan daftar “kriteria epidemiologis untuk kausalitas” yang mana oleh
Sir Austin Bradford Hill kemudian diurai lagi dalam tulisan klasiknya tahun
1965 President Address to the newly formed Section of Occupational Medicine
dari Royal Society. Kriteria yangdibuat Hill secara luas diketahui sebagai
basis untuk menyimpulkan kausal-kausal.
Pertanyaan
mendasarnya adalah:
- Apakah asosiasi ini nyata atau
artefaktual?
- Apakah asosiasi ini sekunder terhadap
kausa “asli”
Kriteria Bradford Hill
- Kekuatan asosiasi-semakin kuat asosiasi, maka emain sedikit hal tersebut dapat
merefleksikan pengaruh dari faktor-faktor etiologis lainnya. Kriteria ini
membutuhkan juga presisi statistik (pengaruh minimal dari kesempatan) dan
kekakuan metodologis dari kajian-kajian yang ada terhadap bias (seleksi,
informasi, dan kekacauan)
- Konsistensi-replikasi dari temuan oleh investigator yang berbeda, saat yang
berbeda, dalam tempat yang berbeda, dengan memakai metode berbeda dan
kemampuan untuk menjelaskan dengan meyakinkan jika hasilnya berbeda.
- Spesifisitas dari asosiasi-ada hubungan yang melekat antara spesifisitas dan kekuatan yang
mana semakin akurat dalam mendefinisikan penyakit dan penularannya,
semakin juat hubungan yang diamati tersebut. Tetapi, fakta bahwa satu agen
berkontribusi terhadap penyakit-penyakit beragam bukan merupakan bukti
yang melawan peran dari setiap penyakit.
- Temporalitas-kemampuan untuk mendirikan kausa dugaan bahka pada saat efek
sementara diperkirakan
- Tahapan biologis-perubahan yang meningkat dalam konjungsi dengan perubahan
kecocokan dalam penularan verifikasi terhadap hubungan dosis-respon konsisten
dengan model konseptual yang dihipotesakan.
- Masuk akal-kami lebih siap untuk menerima kasus dengan hubungan yang
konsisten dengan pengetahuan dan keyakinan kami secara umum. Telah jelas
bahwa kecenderungan ini memiliki lubang-lugang kosong, tetapi akal sehat
selalu saja membimbing kita
- Koherensi-bagaimana semua observasi dapat
cocok dengan model yang dihipotesakan untuk membentuk gambaran yang
koheren?
- Eksperimen-demonstrasi yang berada dalam kondisi yang terkontrol merubah
kausa bukaan untuk hasil yang merupakan nilai yang besar, beberapa orang
mungkin, mengatakannya sangat diperlukan, untuk menyimpulkan kausalitas
- Analogi-kami
lebih siap lagi untuk menerima argumentasi-argumentasi yang menyerupai
dengan yang kami dapatkan
Kekuatan asosiasi
- ekses-ekses yang telah diketahui
sebelumnya dari penyakit dan diasosiasikan dengan bukaan
- besaran dari rasio kejadian bukaan
terhadap kejadian tidak ada bukaan
- seberapa kuatkah “kuat” itu?
Perhatikan, contoh:
Resiko relatif
|
“Arti”
|
1.1-1.3
|
Lemah
|
1.4-1.7
|
Agak kuat
|
1.8-3.0
|
Rata-rata
|
3-8
|
Kuat
|
8-16
|
Sangat kuat
|
16-40
|
Dramatis
|
40+
|
Tidak dapat ditangani
|
Asosiasi
yang kuat tampak kurang menjadi hasil dari faktor-faktor etiologis lainnya
dibanding dengan asosiasi yang lemah.
Konsistensi
Asosiasi
telah “diamati berulang kali oleh orang yang berbeda, tempat yang berbeda,
keadaan dan waktu yang berbeda pula”Konsistensi membantu dalam perlindungan
dari munculnya kesalahan atau artefak. Tetapi hasil yang diobservasi dengan
konsisten tidak langsung bebas dari bias, terutama dalam sejumlah kecil kajian,
dan hasil dalam populasi yang berbeda akan sama sekali berbeda jika hubungan
kausal dipengaruhi olhe ada atau tidak adanya variabel-variabel pemodifikasi.
Spesifisitas
Hubungan
antara bukaan dan penyakit adalah spesifik dalam beragam cara-penyakit spesifik
terhubung dengan bukaan yang spesifik pula, tipe spesifik dari bukaan lebih
efektif, dan seterusnya. Ada hubungan dekat antara spesifisitas dan kekuatan
dimana didefinisikan lebih akurat untuk penyakit dan bukaan, akan semakin kuat
resiko relatif yang diobservasi.
Misalnya., Schildkraut dan Thompson (Am J Epidemiol 1988; 128:456) mempertimbangkan bahwa pengumpulan
familial yang mereka amati untuk kanker rahim tampaknya bukan karena bias
informasi keluarga sebab dari spesifisitas hubungan dalam kontrol-kasus berbeda
dalam sejarah keluarga (a) melibatkan penularan tetapi tidak merupakan batas
penyakit dan (b) lebih besar kemungkinan untuk rahim dibanding untuk kanker.
Tetapi
adanya fakta bahwa satu agen berkontribusi terhadap banyak penyakit bukan
merupakan bukti yang menyanggah perannya dalam setiap penyakit. Sebagai contoh,
rokok dapat menyebabkan banyak penyakit.
Temporalitas
Pertama
adalah bukaan, kemudian penyakit.
Terkadang
sangat sulit untuk mendokumentasikan rangkaian, terutama jika ada tundaan yang
panjang antara bukaan dan penyakit, penyakit subklinis, bukaan (misalnya
perlakuan) yang membawa manifestasi awal dari penyakit.
Tahapan Biologis
Verifikasi
terhadap hubungan respon-dosis konsisten dengan model konseptual hipotesis.
Harus
memasukkan ambang batas dan efek penjenuhan, karakteristik bukaan.
Masuk akal
Apakah
asosiasi masuk akal secara biologis
Misalnya,
estrogen dan kanker endometrial, estrogen dan kanker payudara, kontrasepsi oral
dan kanker payudara.
Koherensi
Apakah
interpretasi kausal cocok dengan fakta yang diketahui dalam sejarah alam dan
biologi dari penyakit, termasuk juga pengetahuan tentang distribusi dari bukaan
dan penyakit (orang, tempat, waktu) dan hasil dari eksperimen laboratorium.
Apakah semua “potongan telah cocok tempatnya”
Bukti-bukti eksperimental
Beberapa
tipe desain kajian dapat memberikan bukti yang lebih meyakinkan dibanding
desain kajian jenis lainnya. Kajian-kajian intervensi dapat menyediakan
dukungan yang terkuat, terutama ketika bukaan dapat dilakukan secara acak.
Karena tidak etis dan/atau tidak praktis untuk menentukan banyak bukaan sebagai
kajian epidemiologis. Satu alternatif yang mungkin adalah dengan menghilangkan
bukaan dan melihat apakah penyakit menurun, kecuali jika proses kausal dianggap
tidak dapat lagi dibalikkan.
Misalnya,
pellagra, kudis, HDFP, LRC-CPPT, MRFIT.
Analogi
Apakah
pernah ada situasi yang serupa di masa lalu? (misalnya rubella, thalidomide
selama kehamilan)
Pengecualian
bagi temporalitas, tidak ada kriteria yang absolut, karena asosiasi kausal
dapat sangat lemah, relatif non-spesifik, diobservasi tidak konsisten, dan
dalam konflik dengan pengungkapan penmahaman biologis. Tetapi, setiap kriteria
yang memperkuat jaminan kami dalam mencapai penilaian kausalitas.
Beberapa
dari kriteria (misalnya, koherensi, tahapan biologis, spesifisitas, dan mungkin
juga kekuatan) dapat dirumuskan dalam bentuk isu yang lebih umum dari
konsistensi data yang diobservasi dengan model hipotesisasi etiologis (biasanya
biologis). Sebagai contoh, tahapan biologis tidak harus monoton, seperti dalam
kasus dosis radiasi tinggi yang mana akan mengarah kepada pembunuhan sel-sel
dan karena itu menurunkan kemungkinan perkembangan tumor. Serupa dengan itu,
spesifisitas dapat dipakai pada situasi-situasi tertentu tetapi tidak untuk
situasi lain, tergantung pada proses patofisiologis yangdihipotesiskan.
Pencarian Kausa versus
Pembuatan-Keputusan
Kesimpulan
kausal sangat penting secara fundamental untuk memajukan pengetahuan ilmiah.
Pendirian Popper adalah dalam sifat akhirnya, setiap teori itu tentatif. Setiap
teori dapat secara potensial dapat dijatuhkan oleh data yang tidak cocok yang
tidak mungkin dijadikan pertanyaan. Maka berbagai sudut pandang, pengetahuan
ilmiah dan kemajuannya selalu melalui beragam percoban untuk menyangkal
teori-teori yang telah ada.
Dengan
memperhatikan isu-isu dalam kesimpulan kausal dalam epidemiologi, walaupun,
akan sangat berguna untuk membuat pembedaan antara kesimpulan yang ditujukan
untuk mendirikan etiologi dan kesimpulan yang ditujukan untuk mendapatkan
keputusan tindakan atau keputusan tidak ada tindakan. Pendirian Popper kurang
bisa dialikasikan dalam kesimpulan kausal untuk mendukung pembuatan-keputusan,
karena pentingnya tindakan sesuai dengan waktu. Walaupun keputusan individual
dan kolektif seringkali didasarkan pada konsiderasi selain dari pengetahuan
ilmiah, dan bahkan tanpa data kausal valid sekalipun, kesimpulan kausal sangat
fundamental dalam pembuatan-keputusan. Lebih jauh lagi, penilaian
kausalitas-akhirnya oleh kewenangan pemerintah dan publik yang lebih
besar-merupakan basis kritis untuk resolusi dari isu-isu kontroversial,
misalnya, pembatasan produk-produk seperti tembakau, saccharin, kopi, kontrasepsi
oral, senjata genggam; kontrol polusi dan seterusnya. Mereka yang bertindak
dapat memuji kata-kata Hill:
Semua
kerja ilmiah itu tidak lengkap-apakah itu eksperimental ataupun observasional.
Semua kerja ilmiah itu berkemungkinan untuk ditumbangkan atau dimodifikasi oleh
pengetahuan yang lebih maju. Yang mana tidak memberikan kita kebebasan untuk
mengabaikan pengetahuan yag telah kita miliki, atau menangguhkan tindakan yang
tampaknya dibutuhkan setiap waktu.
A.
B. Hill, The Environment and causation, hal. 300
Konsep-konsep paralel dalam
kesimpulan epidemiologis dan proses-proses legal.
Seseorang
dapat menarik analogi yang sangat menarik antara proses dalam
pembuatan-keputusan pada epidemiologi dan pada proses legal. Pada kedua proses
tersebut, keputusan tentang fakta harus dicapai berdasarkan bukti-bukti yang
tersedia. Jika tidak ada kebenaran yang terungkap (misalnya bukti-bukti
matematis), maka kedua pendekatan di atas menekankan integritas dari proses
pengumpulan dan presentasi informasi, representasi yang memadai dari setiap
pandangan pendapat, bukti, standar khusus bagi beragam konsekuensi potensial.
Kedua area menekankan pada keamanan
prosedural (metodologis), karena fakta dalam situasi tertentu secara umum hanya
terjadi ketika ada temuan dalam proses investigasi yang memadai. Serupa dengan
hal tersebut, sangat penting bagi keduanya, epidemiologi dan hukum agar tidak
hanya keadilan (misalnya dengan memakai prosedur/metodologi yang tepat) yang
diperhatikan, tetapi juga bahwa hal tersebut pernah dilakukan oleh
lainnya. Dalam hukum, pola penilaian
instruksi memberikan basis bagi penilai untuk mengukur bukti-bukti. Serupa
dengan itu, epidemiologi memiliki kriteria-kriteria untuk kesimpulan kausal.
Hukum-hukum
bukti legal memberikan beberapa paralel dengan pendekatan epidemiologi untuk
mengukur bukti-bukti dan menyimpulkan kausal. Dalam kedua sistem, keterandalan
informasi (data) adalah rasional utama. Beberapa contohnya adalah:
- Hukum Hearsay: bukti tidak dapat
diterima jika berbasis pada desas-desus dan bukan berdasarkan observasi
langsung
Contoh: jika seorang dokter bersaksi bahwa pasiennya telah
berkata dia mengendarai kendaraan bermotor di sisi jalan yang salah, maka
pengakuan tersebut adalah bukti desas-desus dan karena itu tidak diperbolehkan
untuk dipakai. Jika dokter tersebut tidak melihat langsung pasiennya
mengendarai kendaraan bermotor di sisi jalan yang salah.
Ada perkecualian: sumber-sumber pemerintah, catatan-catatan
bisnis yang diambil selama kegiatan tetap dalam bisnis (tanpa mengalami tuntutan
hukum), catatan-catatan lainnya yang secara rutin dibuat adalah bukti-bukti
yang diperbolehkan.
- Patung orang mati: pengakuan tentang
pembicaraan dengan seseorang yang sekarang telahmeninggal tidak
diperbolehkan (karena dia, orang mati tersebut tidak dapat memberi
respon).
Pada
hukum dan etiologi, ada hubungan antara keseriusan tindakan dan derajat bukti yang dibutuhkan untuk
melakukan tindakan. Beberapa contoh disini mempelrihatkan perluanya penelitian,
perebutan dan penilaian:
- Untuk mengeluarkan surat pencarian,
pengadilan harus menemukan bahwa ada kecurigaan yang bersebab bahwa
objek yang dicari dapat ditemukan
- Untuk mengeluarkan surat pencarian,
pengadilan harus menemukan bahwa ada kausa kemungkinan bahwa
seseorang yangakan dicari telah melakukan kejahatan.
- Untuk petugas kepolisian dalam
menangkap seseorang tanpa surat pencarian, maka petugas tersebut harus
memiliki kausa yang masuk akal untuk yakin bahwa sebuah kejahatan
akan terjadi atau baru saja terjadi.
- Untuk mengeluarkan dakwaan, para juri
harus menemukan adanya kasus tingkat pertama yang memperlihatkan
seorang individu melakukan kejahatan
- Untuk keputusan yang dijatuhkan
kepada terdakwa dalam tuntutan perdata, hakim atau juri harus mencari
“sejumlah besar bukti-bukti”
- Untuk menghukum terdakwa dalam
percobaan kriminal, juri harus menemukan bahwa bukti-bukti didirikan
berdasarkan keadaan yang “tidak diragukan lagi” terhadap terdakwa.
- Untuk memutuskan seseorang bersalah
yang sepenuhnya berdasarkan pada bukti-bukti tidak langsung, maka juri
harus puas dengan setiap hipotesis masuk akal telah dikeluarkan
kecuali bahwa terdakwa itu bersalah (Jika ada bukti-bukti yang nyata, maka
hipotesis tidak terlalu dibutuhkan)
(di
Skotlandia, ada keputusan hukum “tidak terbukti”, yang mana tetap paralel
dengan “penilaian” epidemiologis).
Pada
hukum dan epidemiologi, fakta bahwa setiap kasus individu selalu menjadi faktor
penting dalam keputusan, dan keputusan secara umum dipengaruhi oleh konsiderasi
dari:
- Sepenting apakah untuk bertindak?
- Sedekat apa bahaya itu?
- Seserius apa bahaya itu nantinya?
Secara
umum lebih bagus untuk berbuat salah di sisi yang aman (walaupun dalam hukum
hal tersebut tetap menjadi implisit, dan tidak pernah menjadi sebab yang
eksplisit).
0 komentar:
Posting Komentar